SATUAN ACARA PENYULUHAN
POKOK BAHASAN : Gizi pada Anak
SUB POKOK BAHASAN : Gizi
Seimbang untuk Anak
SASARAN : Keluarga Anak N dengan status gizi kurang
HARI/TANGGAL :
WAKTU : 60 menit
TEMPAT :
Rumah Anak N
I. LATAR BELAKANG
Konsumsi
gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak
karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut
keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk
membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam
diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
Anak
balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi
merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera
mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis
untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake
gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang
optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak
yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor
yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan
ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu
biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah
makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak
mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
II. TUJUAN PENYULUHAN UMUM
Setelah
selesai mengikuti penyuluhan tentang gizi seimbang untuk anakselama 1 x 35 menit
keluarga mengetahui makanan yang baik pada anak dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
III. TUJUAN PENYULUHAN KHUSUS
Setelah
selesai mengikuti penyuluhan, peserta mampu:
1.
Mengetahui manfaat gizi seimbang pada anak
2.
Mengetahui gizi yang baik bagi anak
IV. SETTING/TEMPAT
V. MEDIA DAN ALAT
Laptop, speaker, video
VI. METODE
a.
Ceramah
b.
Praktek
c.
Tanya jawab
VII. KISI-KISI MATERI
- Definisi makanan seimbang
- Kebutuhan gizi balita
- Hal yang mendorong terjadinya gangguan gizi
- Makanan selingan bagi balita
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
NO
|
WAKTU
|
KEGIATAN
|
|
PENYULUH
|
PESERTA
|
||
1.
2.
3.
|
5 Menit
20 Menit
10 menit
|
Pembukaan
a.
Salam pembukaan
b.
Perkenalan
c.
Apersepsi
d.
Mengkomunikasikan tujuan
Kegiatan inti penyuluhan
a.
Menjelaskan dan menguraikan materi
b.
Membuka sesi Tanya jawab
c.
Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan yang berkaitan
dengan materi yang belum jelas.
Penutup
a. Menyimpulkan
materi yang telah disampaikan.
b. Melakukan
evaluasi penyuluhan dengan pertanyaan secara lisan.
c. Mengakhiri
kegiatan penyuluhan.
|
-
Menjawab salam
-
Memperhatikan
-
Berpartisipasi aktif
-
Memperhatikan
-
Memperhatikan
-
Bertanya
-
Menjawab pertanyaan
-
Menjawab salam
|
X. SUMBER.
Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta:
PT.Rieneka Cipta.
Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 .
Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi Untuk Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi
dan Makanan . Jilid 23 : 92
Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM
. dalam Kompas 9 September 2002 .
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta:
Erlangga.
Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya.
Tumbuh kembang anak, Fakultas Kedokteran UI.
MATERI
PENYULUHAN GIZI SEIMBANG UNTUK ANAK
DEFINISI
Gizi yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari sehingga tubuh bisa aktif
dan sehat optimal, serta tak terganggu penyakit atau tubuh tetap sehat
KARAKTERISTIK BALITA
Anak usia 1-3
tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan
dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari
masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih
besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang
mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya
lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekuensi sering.
PERAN MAKANAN BAGI BALITA
Makanan sebagai
sumber zat gizi
Didalam makanan
terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat
pembangun , dan zat pengatur.
1.
Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak,
dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber
tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2.
Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang
aus atau rusak.
3.
Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk
otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan
sebagai zat pengatur.
a)
Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan
vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b)
Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium,
dan flour.
c)
Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel
tubuh.
KEBUTUHAN GIZI BALITA
Kebutuhan gizi
seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada
umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan
dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a.
Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang
dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.
Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b.
Kebutuhan zat pembangu
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya
relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi
yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c.
Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.
BEBERAPA HAL YANG MENDORONG TERJADINYA
GANGGUAN GIZI
Ada beberapa hal
yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya
gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak
sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh
mereka.
Berbagai faktor
yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada
anak Balita antara lain sebagai berikut:
a.
Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang
sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya
saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada
keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang
berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa
ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya
mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita. Menurut Dr. Soegeng
Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan
dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis
masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b.
Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang
tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap
dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi,
bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa
daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c.
Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu
masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak
untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak
ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu
sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan
tubuhnya.
d.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan
anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein.
Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein
lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah
dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk
gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
e.
Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan
tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau
disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua
zat gizi yang diperlukan.
f.
Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita
gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah
lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
g.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan
perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih
sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja
perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu (
ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
h.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima
makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga
sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti,
akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk,
yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena
alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping
memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan
kehamilan.
i.
Sosial Ekonomi Keterbatasan penghasilan keluarga turut
menentukan mutu makanan yang disajikan.
Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan
hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah
makanan.
j.
Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak tidak
merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang
seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi
penyerapan makanan.
k.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi
adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk
rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).
KEKURANGAN ENERGI DAN PROTEIN (KEP)
Berikut ini
sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
a.
Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
b.
Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
c.
Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan
sari makanan dalam usus terganggu
d.
Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit
infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan
energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita
terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering
yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding
dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya
sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi
kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak
sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.
Anak akan
kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
a.
Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga
bayi menjadi frustasi dan menangis
b.
Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam
jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
c.
Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang
diinginkan / membosankan
d.
Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau
ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan
tidak dihabiskan
e.
Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah
makan bersama kedua orang tuanya.
Berikut ini
beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor
psikologis, atau faktor pengaturan makanan )
1)
Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan
adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
2)
Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa
hal yang dapat dilakukan.
- Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
- Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan anak.
- Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)
- Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya
adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini.
a.
Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan
pada saat anak benar-benar lapar dan haus
b.
Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan
tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
c.
Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan,
sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan
jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
d.
Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus
diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak
menderita gizi kurang atau gizi lebih.
e.
Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus
disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
MENU MAKANAN BALITA
Makanan memegang
peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya,
pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain
dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang
dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
• Agar kebutuhan
gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga
golongan bahan makanan tersebut.
• Kebutuhan
bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang
diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
o Pagi hari
waktu sarapan.
o Pukul 10.00
sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00
pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00
sebagai selingan
o Pukul 18.00
pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur
malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa
kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola
Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui,
jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu
jauh)
• Pukul 06.00 :
Susu
• Pukul 08.00 :
Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 10.00 :
Susu/Makanan selingan
• Pukul 12.00 :
Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 14.00 :
Susu
• Pukul 16.00 :
Makanan selingan
• Pukul 18.00 :
Bubur saring /nasi tim
• Pukul 20.00 :
Susu.
MAKANAN SELINGAN BALITA
Pada usia balita
juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu
diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan
sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat
tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan
gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan
berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian
makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah
dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan
dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola
makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat
dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini
harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat
dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan
orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan
tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya.
Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan
karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan
pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan
selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging
sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan
lain-lain.
Fungsi makanan
selingan adalah :
1.
Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat
dalam bahan makanan selingan.
2.
Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam
makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
3.
Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas
anak pada usia balita.
Makanan selingan
yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika
dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa
membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi,
jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja.
Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil
hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa
dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor
risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.