ABSES PAYUDARA
A.
DEFINISI
Abses adalah suatu penimbunan nanah,
biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam
jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur,
meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel
darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke
dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati.
Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka
jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di
sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu
abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah
permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses.
Breast abscess adalah akumulasi nanah
pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara.
Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di
bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan
menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.
Payudara yang terinfeksi seperti
jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan membentuk sawar jaringan
granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul abses, yang
terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan
kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka
pus akan menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam
kasus seperti ini demam biasa muncul ataupun tidak . pus dapat diaspirasi
denagn spuit dan jarum berlubang besar. Diagnosis banding abses payudara
mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan karsinoma.
Infeksi pada payudara biasanya
disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus
aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke
tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa
awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan
dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka,
wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar
abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi ini
sebenarnya terjadi pada perokok.
Adapun patogenesis dari abses payudara
ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga terjadi peradangan kumudian
organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi
yang tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat
mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang
menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.
B.
Etiologi
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan
oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus).
Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh
melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan
dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka,
wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar
abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan
abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai berikut :
1.
Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril
2.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
3.
Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan
tidak menimbulkan gangguan, kadang bias menyebabkan abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan
meningkat jika :
1.
Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
2.
Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
3.
Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.
C.
PATOFISIOLOGI
Adapun patogenesis dari abses payudara
ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga terjadi peradangan kumudian
organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi
yang tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
D.
GAMBARAN KLINIS
Gejala dari abses tergantung pada lokasi
dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang
sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
a.
Tanda-tanda inflamasi pada payudara
(merah mengkilap, panas jika disentuh, membengkak dan adanya nyeri tekan).
b.
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk
tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan
pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya
menipis.
c.
Gejala sistematik berupa demam tinggi,
menggigil, malaise
d.
Nipple discharge (keluar cairan dari
putting susu, bisa mengandung nanah)
e.
Gatal- gatal
f.
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak
pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
Menurut Sarwono (2009), pada abses
payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:
a.
Nyeri payudara yang berkembang selama
periode laktasi
b.
Fisura putting susu
c.
Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema
keras
d.
Warna kemerahan pada seluruh payudara
atau local
e.
Limfadenopati aksilaris yang nyeri
f.
Pembengkakan yang disertai teraba cairan
dibawah kulit
g.
Suhu badan meningkat dan menggigil
h.
Payudara membesar, keras da akhirnya
pecah dengan borok serta keluarnya cairan nanah bercampur air susu serta darah.
E.
PEMERIKSAAN
Pada penderita abses biasanya
pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk
menentukan ukuran dari lokasi abses, bisa dilakukan pemeriksaan roentgen, USG
atau CT scan.
F. PENANGANAN
a.
Teknik menyusui yang benar.
b.
Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
c.
Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
d.
Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
e.
Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus
tetap dikeluarkan.
f.
Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan
antibiotik.
g.
Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
G. TERAPI
a.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa
ditusuk dan dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari
tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
b.
Pecahkan kantong PUS dengan tissu forceps atau jari tangan
c.
Pasang tampan dan drain untuk mengeringkan nanah
d.
Tampan dan drain diangkat setelah 24 jam
e. Karena penyebab utamanya
Staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisilin dengan dosis tinggi,
biasanya dengan dosis 500 mg setiap 6 jam
selama 10 hari
f.
Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
g.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4
kali/hari.
h.
Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang
terkena untuk mencegah pembengkakan payudara.
i.
Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan istirahat
yang cukup.
H. PENCEGAHAN
Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat
mudah dicegah bila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah
keadaan yang meningkatkan stasis ASI dan bila tanda dini seperti bendungan ASI,
sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan cepat.
a.
Terapi bedah
Bila
abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan insisi dan
penyaliran, yang biasanya membutuhkan anastesi umum, tetapi dapat juga
dikeluarkan melalui aspirasi, dengan tuntunan ultrasuara. Ultrasuara berguna untuk sebagi alat diagnostik
abses payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus dengan bimbingan ultrasuara dapat bersifat
kuratif. Hal ini kurang nyeri dan melukai dibandingkan insisi dan penyaliran,
dan dapat dilakukan dengan anastesi lokal, hal ini sering dilakukan pada pasien
yang menjalani rawat jalan.
b.
Pengobatan sistemik dengan antibiotik
sesuai dengan sensitivitas organisme biasanya dibutuhkan sebagai tambahan.
Namun antibiotik saja tanpa dilakukannya pengeluaran pus tidak mempunyai arti.
Sebab dinding abses membentuk halangan yang melindungi bakteri patogen dari
pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang
efektif dalam jaringan terinfeksi
c.
Dukungan untuk menyusui
Kita
sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan Perawatan dengan abses payudara ia
dapat melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan membahayakan bayinya dapat
menyusui bayinya yang lain dikemidian hari. Disini kita sebagai petugas
kesehatan memiliki peran yang sangat penting dengan menjelaskan kepada klien
untuk penanganan yang harus dilakukan dengan kondisi seperti ini.
No comments:
Post a Comment