Sunday 28 April 2013

pemphigus vulgaris

Setiap stase kita ada tugas untuk mbikin jurnal, karena sedang di bangsal yang khusus untuk penyakit kulit, sehingga kita tertarik ngambil kasus ini.
perawatan luka pada Pemphigus Vulgaris

setauku, sebelum masuk ke bangsal, penyakit kulit taunya cuma panu kadas kurap aja. *udah tau dong ya kayak gimana* jadi gak perlu gambar lah..

nah, ternyata penyakit kulit gak terbatas disitu aja guys...ada yang namanya pemphigus vulgaris..apa sih itu?

ini gambarnya

gambar ini diambil dari: http://manbir-online.com/diseases/Pemphigus_Vulgaris.html

sekarang kita masuk untuk ngebahas pemphigus vulgaris dan dressing lukanya.... check this out..


1.      PEMPHIGUS VULGARIS
a.      Definisi
Pemphigus vulgaris berasal dari bahasa Yunani, ‘pemphix’ yang berarti lepuhan. Kelainannya perupa penyakit bula atau lepuhan yang dimana antibodi yang bersirkulasi pada pasien melawan sel pada permukaan jaringan yang dikenal sebagai keratosit dan terjadi leupan pada kulit dan membrana mukosa. Hal ini diakibatkan oelh hilangnya integritas pada perlekatan interseluler yang normall antara epidermis kulit dan epitel mukosa yang berhubungan dengan kehadiran antibodi desmoglein-3. Leppuhan pada Pemphigus Vulgaaris terlihat menyerupai lesi terbakar dan batas keparahannya dari ringan sampai berat sehingga dapat menyebabkan kematian.

b.      Klasifikasi
Pemphigus terdiri dari beberapa subklas dan varian yaitu Pemphigus Vulgaris, Pemphigus Vegetans, Pemphigus Foliaceus, Fogo Selvagam, Pemphigus Erythematosus, drug-induced pemphigus dan Pemphigus Paraneoplastik.

c.       Etiologi
Etiologi penyakit ini adalah autoimun dimana terjadi perikatan antara IgG autoanibodi dengan permukaan sel keratinosit. Dalam beberapa penelitian yang dilakukan dengan cara pewarnaan indirect imunoflurescence, telah ditemukan anutoantibodi di dalam serum penderita pemphigus vulgaris dan ini membuktikan penyakit ini mempunyai kaitan dengan imunitas.

d.      Manifestasi klinis
Sebagian besar pasien pada mulanya ditemukan dengan lesi oral yang tampak sebagai erosi yang bentuk ireguler terasa nyeri, mudah berdarah dan sembuhnya lambat. Bulla pada kulit akan membesar, pecah dan meninggalkan daerah-daerah erosi yang lebar serta nyeri yang disertai dengan pembentukan kusta dan perembesan cairan. Bau yang menusuk dan khas akan memancar dari bulla dan serum yang merembes keluar. Kalau dilakukan penekanan yang minimal akan terjadi pembentukan lepuh atau pengelupasan kulit yang normal (tanda Nicolsky) kulit yang erosi sembuh dengan lambat sehingga akhirnya daerah tubuh yang terkena sangat luas , superinfeksi bakteri sering yang terjadi. Komplikasi yang sering pada pemfigus vulgaris terjadi ketika proses penyakit tersebut menyebar luas. Sebelum ditemukannya kortikosteroid dan terapi imunosupresif, pasien sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Bakteri kulit mudah mencapai bula karena bula mengalami perembesan cairan, pacah dan meninggalkan daerah terkelupas yang terbuka terhadap lingkungan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit karena kehilangan cairan serta protein ketika bula mengalami rupture. Hipoalbuminemia lazim dijumpai kalu proses mencapai kulit tubuh dan membrane mukosa yang luas.

e.       Faktor predisposisi
Para ahli menyatakan kemungkinan adanya faktor eksternal atu faktor lingkungan yang bertindak sebagai pencetus atau faktor predisposisi sehingga penyakit ini dapat terjadi, yaitu:
a)      Genetik
Berdasarkan hasil penelitian, penyakit ini muncul lebih banyak pada orang Yahudi Askenazi dibandingkan dengan prevalensi rata-rata. Studi serologi HLA menunjukkan hubungan yang kuat antara kehadiran haplotypes HLA-DR4 dan HLA-DR6 dengan terjadinya pemphigus vulgaris.
b)      Psikologik
Hubungan antara sistem imun dan sistem saraf akan meningkatkan kecenderunagn untuk mendapatkan kelainan psikoneural yang seterusnya dapat mempengaruhi terjadinya penyakit autoimun. Beberapa penelitian menunjukkan adanya peranan stres emosional sebagai faktor predisposisi dalam pemphigus.
c)      Makanan
Makanan yang merupakan golongan dari phenol sperti mangga, pisang, kentang dan tomat, es krim, lada hitam, gula, perasa tambahan.
d)     Endokrin dan biologik
Kehamilan mempunyai kaitan erat dengan penyakit autoimun demikian juga penyakit imunoblistering, hubungan ini memperparahkan pemphigus vulgaris selama kehamilan. Kehamilan atau setlah melahirkan menyebabkan antobodi pathogenik dapat melewati plasenta menuju ke sasarannya yaitu antigen plasenta berlainan atau antigen kulit pada bayi baru lahir.
Rasio kedua jenis kelamin sama namun pada waktu pubertas, wanita lebih sering mendapat pemphigus vulgaris dibandingkan dengan laki-laki.
Penyakit ini sering muncul sekitar 50-60 tahun, namun dapat juga timvul pada individu yang lebih tua atau pada anak-anak.
e)      Obat
Yang mencetuskan terjadinya penyakit ini adalah obat yang mengandung radikal sulfhydryl seperti penililamin, mengandung phenol seperti rifampin, levodopa, dan aspirin, dan obat nonthiol nonphenol sperti calcium channl blockers, angiotensin converting enzyme inhibitors, NSAIDS, dipiron, dan glibenklamid.
f)       Lingkungan
Virus, pestisida, bakteri coagulase staphilokokus aureus, kebiasaan merokok.

f.       Komplikasi
1.  Secondary infection
Salah satunya mungkin disebabkan oleh sistemik atau local pada kulit. Mungkin terjadi karena penggunaan immunosupresant dan adanya multiple erosion. Infeksi cutaneus memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan resiko timbulnya scar.
2.  Malignansi dari penggunaan imunosupresif
Biasanya ditemukan pada pasien yang mendapat terapi immunosupresif.
3.  Growth retardation
Ditemukan pada anak yang menggunakan immunosupresan dan kortikosteroid.
4.  Supresi sumsum tulang
Dilaporkan pada pasien yang menerima imunosupresant. Insiden leukemia dan lymphoma meningkat pada penggunaan imunosupresif jangka lama.
5.  Osteoporosis
Terjadi dengan penggunaan kortikosteroid sistemik
6.  Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Erosi kulit yang luas, kehilangan cairan serta protein ketika bulla mengalami rupture akan menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Kehilangan cairan dan natrium klorida ini merupakan penyebab terbanyak gejala sistemik yang berkaitan dengan penyakit dan harus diatasi dengan pemberian infuse larutan salin. Hipoalbuminemia lazim dijumpai kalau proses mencapai kulit tubuh dan membrane mukosa yang luas.

g.      Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk mengendalikan penyakit secepat mungkin, mencegah infeksi sekunder dan meningkatkan pembentukan tulang epitel kulit (pembaharuan jaringan epitel). Kortikosteroid diberikan dengan dosis tinggi untuk mengendalikan penyakit dan menjaga kulit dari bulla. Kadar dosis yang tinggi dipertahankan sampai kesembuhan terlihat jelas. Pada sebagian kasus, terapi kortikosteroid harus dipertahankankan seumur hidup penderitanya.
Kortikosteroid diberikan bersama makanan atau segera sesudah makan dan dapat disertai dengan pemberian antacid sebagai profilaksis untuk mencegah komplikasi lambung. Yang penting pada penatalaksanaan terapeutik adalah evaluasi berat badan, tekanan darah, kadar glukosa darah dan keseimbangan darah setiap hari . Preparat imunosupresif (azatioprin, ziklofosfamid, emas) dapat diresepkan dokter untuk mengendalikan penyakit dan mengurangi takaran ktikosteroid. Plasmaferesis (pertukaran plasma). Secara temporer akan menurunkan kadar antibody serum dan pernah dihasilkan keberhasilan yang bervariasi sekalipun tindaka ini dilakukan untuk kasus yang mengancam jiwa pasien.

2.      PENERAPAN DRESSING LUKA PADA PEMPHIGUS VULGARIS
a.      Penerapan pada bangsal di RSS
Persiapan Alat-alat dan Bahan
a)      1 buah bak instrumen besar:
b)      Kassa besar (secukupnya sesuai permukaan kulit pasien yang berbula)
c)      Air NaCl (secukupnya sesuai permukaan kulit pasien yang berbula)
d)     Sarung tangan steril/bersih
e)      Masker (mengurangi bau)
f)       Salep MEBO
g)      Cotton bud
h)      Plastik transparan
i)        Ember sampah medis

Tindakan:
a)        Perawat mencuci tangan
b)        Perawat memakai masker dan sarung tangan steril
c)        Buka bak instrumen steril
d)       Mengisi masing-masing bak instrumen steril dengan: NaCl 0,9%, dan kassa besar yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi kulit pasien
e)        Memeras kassa besar tersebut dan taruh ke semua permukaan kulit pasien yang berbula
f)         Biarkan selama 15 menit
g)        Ambil kassa tersebut, buang ke ember sampah medis dan kemudian oleskan salep Mebo ke semua permukaan kulit yang berbula dengan cotton bud
h)        Lapisi kulit yang disalepi dengan plastik transparan
i)          Lakukan dua kali sehari seperti mandi(pengganti mandi), karena belum boleh terkena air bila belum kering

b.      Evaluasi penerapan
Pasien dengan diterapkan dengan sistem tradisional ini didapatkan:
a)      Pada saat membuka kasa, maka pasien akan mengeluhkan sakit dan beberapa jaringan kulit yang telah baik ikut terkelupas.
b)      Kulit yang telah diberikan krim, tidak ditutup, sehingga memungkin kontak dengan bakteri yang akan memperpanjang masa sembuh luka.
c)      Kulit yang tidak ditutup akan memungkin juga kontak dengan bakteri sehingga akan menyebabkan perluasan pada luka dan akan memperpanjang masa sembuh luka.
d)     Kegiatan ini dilakukan setiap hari dengan memakan waktu hampir 45 menit, sehingga memakan waktu terlalu lama, hal ini juga diperhatikan dengan perhitungan tenaga perawat yang ada pada bangsal.
e)      Luka lebih baik saat dressing diganti dengan cara membalutkan kasa pada tubuh dan setiap 10 menit disirami dengan NaCl sehingga menimbulkan keadaan lingkungan yang lembab, dan ini dapat mempercepat masa penyembuhan luka.
f)       Harga relatif lebih murah, karena hanya membutuhkan kasa dan cairan NaCl. Namun yang belum dihitung adalah harga pasien harus membayar tenaga keperawatan untuk melakukan tindakan setiap hari, sehingga harus diperhitungkan lagi untuk segi ekonomisnya.

c.       Kendala penerapan dressing dengan SHD
Selama ini bangsal belum pernah menerapkan terapi ini. Dikatakan oleh petugas pada bangsal, kesulitannya adalah tidak tersedianya bahan pada RSS dan juga harga yang relatif lebih mahal.

DAFTAR PUSTAKA
Wu S, Yu Hsu, Sung Hu, Hui Chiu, Shing Chen. 2009. Silver-Containing Hydrofiber Dressing Is An Effective Adjunct In The Treatment Of Pemphigus Vulgaris. Kaoshiung J Med Sci. 25: 622-627
Hasan S, Ahmed , Khan, Tarannum. 2011. Pemphigus vulgaris—a case report and detailed review of literature. Indian Hournal of Densitry. 113-119

No comments:

Post a Comment