perawatan luka pada Pemphigus Vulgaris
setauku, sebelum masuk ke bangsal, penyakit kulit taunya cuma panu kadas kurap aja. *udah tau dong ya kayak gimana* jadi gak perlu gambar lah..
nah, ternyata penyakit kulit gak terbatas disitu aja guys...ada yang namanya pemphigus vulgaris..apa sih itu?
ini gambarnya
gambar ini diambil dari: http://manbir-online.com/diseases/Pemphigus_Vulgaris.html
sekarang kita masuk untuk ngebahas pemphigus vulgaris dan dressing lukanya.... check this out..
1.
PEMPHIGUS
VULGARIS
a.
Definisi
Pemphigus vulgaris
berasal dari bahasa Yunani, ‘pemphix’ yang
berarti lepuhan. Kelainannya perupa penyakit bula atau lepuhan yang dimana
antibodi yang bersirkulasi pada pasien melawan sel pada permukaan jaringan yang
dikenal sebagai keratosit dan terjadi leupan pada kulit dan membrana mukosa.
Hal ini diakibatkan oelh hilangnya integritas pada perlekatan interseluler yang
normall antara epidermis kulit dan epitel mukosa yang berhubungan dengan
kehadiran antibodi desmoglein-3. Leppuhan pada Pemphigus Vulgaaris terlihat
menyerupai lesi terbakar dan batas keparahannya dari ringan sampai berat
sehingga dapat menyebabkan kematian.
b.
Klasifikasi
Pemphigus terdiri dari
beberapa subklas dan varian yaitu Pemphigus Vulgaris, Pemphigus Vegetans,
Pemphigus Foliaceus, Fogo Selvagam, Pemphigus Erythematosus, drug-induced pemphigus dan Pemphigus
Paraneoplastik.
c.
Etiologi
Etiologi penyakit ini
adalah autoimun dimana terjadi perikatan antara IgG autoanibodi dengan
permukaan sel keratinosit. Dalam beberapa penelitian yang dilakukan dengan cara
pewarnaan indirect imunoflurescence, telah
ditemukan anutoantibodi di dalam serum penderita pemphigus vulgaris dan ini
membuktikan penyakit ini mempunyai kaitan dengan imunitas.
d.
Manifestasi
klinis
Sebagian besar pasien
pada mulanya ditemukan dengan lesi oral yang tampak sebagai erosi yang bentuk
ireguler terasa nyeri, mudah berdarah dan sembuhnya lambat. Bulla pada kulit
akan membesar, pecah dan meninggalkan daerah-daerah erosi yang lebar serta
nyeri yang disertai dengan pembentukan kusta dan perembesan cairan. Bau yang
menusuk dan khas akan memancar dari bulla dan serum yang merembes keluar. Kalau
dilakukan penekanan yang minimal akan terjadi pembentukan lepuh atau
pengelupasan kulit yang normal (tanda Nicolsky) kulit yang erosi sembuh dengan
lambat sehingga akhirnya daerah tubuh yang terkena sangat luas , superinfeksi
bakteri sering yang terjadi. Komplikasi yang sering pada pemfigus vulgaris
terjadi ketika proses penyakit tersebut menyebar luas. Sebelum ditemukannya
kortikosteroid dan terapi imunosupresif, pasien sangat rentan terhadap infeksi
sekunder. Bakteri kulit mudah mencapai bula karena bula mengalami perembesan
cairan, pacah dan meninggalkan daerah terkelupas yang terbuka terhadap
lingkungan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit karena kehilangan
cairan serta protein ketika bula mengalami rupture. Hipoalbuminemia lazim
dijumpai kalu proses mencapai kulit tubuh dan membrane mukosa yang luas.
e.
Faktor
predisposisi
Para ahli menyatakan
kemungkinan adanya faktor eksternal atu faktor lingkungan yang bertindak
sebagai pencetus atau faktor predisposisi sehingga penyakit ini dapat terjadi,
yaitu:
a)
Genetik
Berdasarkan hasil
penelitian, penyakit ini muncul lebih banyak pada orang Yahudi Askenazi
dibandingkan dengan prevalensi rata-rata. Studi serologi HLA menunjukkan
hubungan yang kuat antara kehadiran haplotypes
HLA-DR4 dan HLA-DR6 dengan terjadinya pemphigus vulgaris.
b)
Psikologik
Hubungan antara sistem
imun dan sistem saraf akan meningkatkan kecenderunagn untuk mendapatkan
kelainan psikoneural yang seterusnya dapat mempengaruhi terjadinya penyakit
autoimun. Beberapa penelitian menunjukkan adanya peranan stres emosional
sebagai faktor predisposisi dalam pemphigus.
c)
Makanan
Makanan yang merupakan
golongan dari phenol sperti mangga,
pisang, kentang dan tomat, es krim, lada hitam, gula, perasa tambahan.
d)
Endokrin dan biologik
Kehamilan mempunyai
kaitan erat dengan penyakit autoimun demikian juga penyakit imunoblistering, hubungan ini
memperparahkan pemphigus vulgaris selama kehamilan. Kehamilan atau setlah
melahirkan menyebabkan antobodi pathogenik dapat melewati plasenta menuju ke
sasarannya yaitu antigen plasenta berlainan atau antigen kulit pada bayi baru
lahir.
Rasio kedua jenis
kelamin sama namun pada waktu pubertas, wanita lebih sering mendapat pemphigus
vulgaris dibandingkan dengan laki-laki.
Penyakit ini sering
muncul sekitar 50-60 tahun, namun dapat juga timvul pada individu yang lebih
tua atau pada anak-anak.
e)
Obat
Yang mencetuskan
terjadinya penyakit ini adalah obat yang mengandung radikal sulfhydryl seperti penililamin,
mengandung phenol seperti rifampin,
levodopa, dan aspirin, dan obat nonthiol
nonphenol sperti calcium channl
blockers, angiotensin converting enzyme inhibitors, NSAIDS, dipiron, dan
glibenklamid.
f)
Lingkungan
Virus, pestisida,
bakteri coagulase staphilokokus aureus, kebiasaan
merokok.
f.
Komplikasi
1. Secondary infection
Salah satunya mungkin
disebabkan oleh sistemik atau local pada kulit. Mungkin terjadi karena
penggunaan immunosupresant dan adanya multiple erosion. Infeksi cutaneus
memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan resiko timbulnya scar.
2. Malignansi dari penggunaan imunosupresif
Biasanya ditemukan pada
pasien yang mendapat terapi immunosupresif.
3. Growth retardation
Ditemukan pada anak
yang menggunakan immunosupresan dan kortikosteroid.
4. Supresi sumsum tulang
Dilaporkan pada pasien
yang menerima imunosupresant. Insiden leukemia dan lymphoma meningkat pada
penggunaan imunosupresif jangka lama.
5. Osteoporosis
Terjadi dengan
penggunaan kortikosteroid sistemik
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Erosi kulit yang luas,
kehilangan cairan serta protein ketika bulla mengalami rupture akan menyebabkan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Kehilangan cairan dan natrium
klorida ini merupakan penyebab terbanyak gejala sistemik yang berkaitan dengan
penyakit dan harus diatasi dengan pemberian infuse larutan salin.
Hipoalbuminemia lazim dijumpai kalau proses mencapai kulit tubuh dan membrane
mukosa yang luas.
g.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah
untuk mengendalikan penyakit secepat mungkin, mencegah infeksi sekunder dan
meningkatkan pembentukan tulang epitel kulit (pembaharuan jaringan epitel).
Kortikosteroid diberikan dengan dosis tinggi untuk mengendalikan penyakit dan
menjaga kulit dari bulla. Kadar dosis yang tinggi dipertahankan sampai
kesembuhan terlihat jelas. Pada sebagian kasus, terapi kortikosteroid harus
dipertahankankan seumur hidup penderitanya.
Kortikosteroid
diberikan bersama makanan atau segera sesudah makan dan dapat disertai dengan
pemberian antacid sebagai profilaksis untuk mencegah komplikasi lambung. Yang
penting pada penatalaksanaan terapeutik adalah evaluasi berat badan, tekanan
darah, kadar glukosa darah dan keseimbangan darah setiap hari . Preparat
imunosupresif (azatioprin, ziklofosfamid, emas) dapat diresepkan dokter untuk
mengendalikan penyakit dan mengurangi takaran ktikosteroid. Plasmaferesis
(pertukaran plasma). Secara temporer akan menurunkan kadar antibody serum dan
pernah dihasilkan keberhasilan yang bervariasi sekalipun tindaka ini dilakukan
untuk kasus yang mengancam jiwa pasien.
2.
PENERAPAN
DRESSING LUKA PADA PEMPHIGUS VULGARIS
a.
Penerapan
pada bangsal di RSS
Persiapan
Alat-alat dan Bahan
a)
1 buah bak instrumen
besar:
b)
Kassa besar (secukupnya
sesuai permukaan kulit pasien yang berbula)
c)
Air NaCl (secukupnya
sesuai permukaan kulit pasien yang berbula)
d)
Sarung tangan
steril/bersih
e)
Masker (mengurangi bau)
f)
Salep MEBO
g)
Cotton bud
h)
Plastik transparan
i)
Ember sampah medis
Tindakan:
a)
Perawat mencuci tangan
b)
Perawat memakai masker
dan sarung tangan steril
c)
Buka bak instrumen
steril
d)
Mengisi masing-masing bak
instrumen steril dengan: NaCl 0,9%, dan kassa besar yang dibutuhkan sesuai
dengan kondisi kulit pasien
e)
Memeras kassa besar
tersebut dan taruh ke semua permukaan kulit pasien yang berbula
f)
Biarkan selama 15 menit
g)
Ambil kassa tersebut,
buang ke ember sampah medis dan kemudian oleskan salep Mebo ke semua permukaan
kulit yang berbula dengan cotton bud
h)
Lapisi kulit yang
disalepi dengan plastik transparan
i)
Lakukan dua kali sehari
seperti mandi(pengganti mandi), karena belum boleh terkena air bila belum
kering
b.
Evaluasi
penerapan
Pasien dengan
diterapkan dengan sistem tradisional ini didapatkan:
a)
Pada saat membuka kasa,
maka pasien akan mengeluhkan sakit dan beberapa jaringan kulit yang telah baik
ikut terkelupas.
b)
Kulit yang telah
diberikan krim, tidak ditutup, sehingga memungkin kontak dengan bakteri yang
akan memperpanjang masa sembuh luka.
c)
Kulit yang tidak
ditutup akan memungkin juga kontak dengan bakteri sehingga akan menyebabkan
perluasan pada luka dan akan memperpanjang masa sembuh luka.
d)
Kegiatan ini dilakukan
setiap hari dengan memakan waktu hampir 45 menit, sehingga memakan waktu
terlalu lama, hal ini juga diperhatikan dengan perhitungan tenaga perawat yang
ada pada bangsal.
e)
Luka lebih baik saat
dressing diganti dengan cara membalutkan kasa pada tubuh dan setiap 10 menit
disirami dengan NaCl sehingga menimbulkan keadaan lingkungan yang lembab, dan
ini dapat mempercepat masa penyembuhan luka.
f)
Harga relatif lebih
murah, karena hanya membutuhkan kasa dan cairan NaCl. Namun yang belum dihitung
adalah harga pasien harus membayar tenaga keperawatan untuk melakukan tindakan
setiap hari, sehingga harus diperhitungkan lagi untuk segi ekonomisnya.
c.
Kendala
penerapan dressing dengan SHD
Selama ini bangsal
belum pernah menerapkan terapi ini. Dikatakan oleh petugas pada bangsal,
kesulitannya adalah tidak tersedianya bahan pada RSS dan juga harga yang
relatif lebih mahal.
DAFTAR
PUSTAKA
Wu
S, Yu Hsu, Sung Hu, Hui Chiu, Shing Chen. 2009. Silver-Containing Hydrofiber
Dressing Is An Effective Adjunct In The Treatment Of Pemphigus Vulgaris. Kaoshiung J Med Sci. 25: 622-627
Hasan
S, Ahmed , Khan, Tarannum. 2011. Pemphigus vulgaris—a case report and detailed
review of literature. Indian Hournal of
Densitry. 113-119
No comments:
Post a Comment