ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN
I.
KONSEP KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN
A.
PENGERTIAN
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan. Keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan. Keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.
Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan
fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury)
baik secara mekanis, thermis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan
fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam
kesehatan fisik, yang pada pembahasan ini akan difokuskan pada providing for
safety atau memberikan lingkungan yang aman.
Sedangkan
keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya/kecelakaan. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak dapat diduga
dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian.
Karakteristik
keamanan dan keselamatan :
1.
Pervasiveness (insidensi)
Keamanan
bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua hal. Artinya klien
membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya seperti makan, bernafas, tidur, kerja,
dan bermain.
2.
Perception (persepsi)
Persepsi
seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi aplikasi keamanan dalam
aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan keamanan dapat efektif jika
individu mengerti dan menerima bahaya secara akurat.
3.
Management (pengaturan)
Ketika
individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan melakukan tindakan
pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek keamanan. Pencegahan
adalah karakteristik mayor dari keamanan.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan dan keselamatan :
1.
Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
2.
Gaya Hidup
Faktor gaya
hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya lingkungan kerja
yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi,
ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan
obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
3.
Status mobilisasi
Klien dengan
kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4.
Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi
yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan
seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat,
memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5.
Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah
kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan berespon tepat
melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran
diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar,
klien disorientasi, klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik,
sedatif, dan hipnotik.
6.
Status emosional
Status emosi
yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya lingkungan.
Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan
kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir
dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
7.
Kemampuan komunikasi
Klien dengan
penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan informasi juga beresiko
untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang
buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8.
Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah
hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalam
lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap
individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
9.
Faktor lingkungan
Lingkungan
dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik di
rumah, tempat kerja, dan jalanan.
10. Informasi
/ komunikasi
Gangguan
komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan
kecelakaan.
11. Penggunaan
antibiotic yang tidak rasional
Antibiotic dapat menimbulkan resisten dan
syok anafilaktik.
12. Keadaan
imunitas
Gangguan
imunitas akan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah
terserang penyakit.
13. Ketidakmampuan
tubuh dalam memproduksi sel darah putih
Sel
darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.
14. Status
nutrisi
Keadaan
nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang penyakit,
demikian sebaliknya kelebihan nutrisi berresiko terhadap penyakit tertentu.
15. Tingkat
pengetahuan
Kesadaran
akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
Penatalaksanaan
untuk pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan :
1.
Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia
Memastikan
keamanan klien pada semua usia berfokus pada: obsevasi atau prediksi situasi
yang mungkin membahayakan sehingga dapat dihindari dan memberikan pendidikan
kesehatan yang memberikan kekuatan bagi klien untuk menjaga dirinya dan
keluarganya dari cedera secara mandiri.
2.
Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran
Upaya pencegahan
yang bisa dilakukan perawat adalah memastikan bahwa ketiga elemen tersebut
dapat dihilangkan. Jika kebakaran sudah terjadi ada dua tujuan yang harus
dicapai yaitu: melindungi klien dari cedera dan membatasi serta memadakan api.
3.
Mencegah terjadinya jatuh pada klien
§
Orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit
dan jelaskan sistem komunikasi yang ada
§
Hati-hati saat mengkaji klien dengan
keterbatasan gerak
§
Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama
malam hari
§
Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan
bantuan
§
Berikan alas kaki yang tidak licin
§
Berikan pencahayaan yang adekuat
§
Pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien
dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas
§
Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin
4.
Melakukan tindakan pengamanan pada klien kejang:
§
Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi
kain tebal (mencegah nyeri saat terbentur)
§
Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya
aliran udara
§
Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)
§
Kolaborasi pemberian obat antikonvulsi.
§
Berikan masker oksigen jika diperlukan.
5.
Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan
Perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat bila terjadi keracunan melalui
identifikasi adanya zat-zat beracun dirumah yang terkonsumsi, segera laporkan
ke institusi kesehatan terdekat serta menyebutkan nama dan gejala yang dialami
klien, jaga klien pada posisi tenang ke satu sisi atau dengan kepala
ditempatkan diantara kedua kaki untuk mencegah aspirasi.
6.
Memberikan pertolongan bagi klien yang terkena sengatan
listrik
Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup besar) jangan sentuh klien tersebut sampai pusat listrik dimatikan dan klien aman dari arus listrik. Macroshock sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka bakar, kontraksi otot, dan henti nafas serta henti jantung. Untuk mencegah macroshock gunakan mesin/alat listrik yang berfungsi dengan baik, pakai sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas lantai nonkonduktif, dan gunakan sarung tangan non konduktif.
Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup besar) jangan sentuh klien tersebut sampai pusat listrik dimatikan dan klien aman dari arus listrik. Macroshock sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka bakar, kontraksi otot, dan henti nafas serta henti jantung. Untuk mencegah macroshock gunakan mesin/alat listrik yang berfungsi dengan baik, pakai sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas lantai nonkonduktif, dan gunakan sarung tangan non konduktif.
7.
Melakukan penanganan bagi klien yang terpapar
kebisingan
Kebisingan
memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek psikososial seperti rasa
jengkel, tidur dan istirahat terganggu, serta gangguan konsentrasi dan pola
komunikasi. Efek fisiologis meliputi peningkatan nadi dan respirasi,
peningkatan aktifitas otot, mual, dan kehilangan pendengaran jika intensitas
suara tepat. Kebisingan dapat diminimalisir dengan memasang genting, dinding,
dan lantai yang kedap suara; memasang gorden; memasang karpet; atau memutar
background music.
8.
Melakukan Heimlich maneuver pada klien yang mengalami
tersedak.
9.
Melakukan perlindungan terhadap radiasi
Tingkat bahaya
radiasi tergantung dari: lamanya, kedekatan dengan sumber radioaktif, dan
pelindung yang digunakan selama terpapar radiasi. Upaya yang harus dilakukan
oleh perawat dalam hal ini adalah memakai baju khusus, memakai sarung tangan,
mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan, dan membuang semua
benda yang terkontaminasi.
10. Melakukan
pemasangan restrain pada klien
Restrain adalah
alat atau tindakan pelindung untuk membatasi gerakan/aktifitas fisik klien atau
bagian tubuh klien. Restrain diklasifikasikan menjadi fisikal(physical) dan
kemikal(chemical) restrain. Fisikal restrain adalah restrain dengan metode
manual atau alat bantu mekanik, atau lat-alat yang dipasang pada tubuh klien
sehingga klien tidak dapat bergerak dengan mudah dan terbatas gerakannya.
Kemikal restrain adalah restrain dalam bentuk zat kimia neuroleptics,
anxioulytics, sedatif, dan psikotropika yang digunakan untuk mengontrol tingkahlaku
sosial yang merusak.
Restrain sebaiknya
dihindari sebab berbagai komplikasi sering dikeluhkan akibat pemasangan
restrain. Komplikasi fisik diantaranya luka tekan, retensi urin, inkontinensia,
dan sulit BAB, bahkan kematian pun dilaporkan. Komplikasi psikologisnya adalah
penurunan harga diri, bingung, pelupa, depresi, takut, dan marah. Restrain
hendaknya digunakan sebagai alternatif terakhir. Bila dilakukan maka haruslah
(a) dibawah pengawasan dokter dengan perintah tertulis, apa penyebabnya, dan
untuk berapa lama (b) klien setuju dengan tindakan tersebut.
B. HAL
– HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN DAN KESELAMATAN
Riwayat
keperawatan :
§
Riwayat cedera atau jatuh
§
Riwayat imunisasi
§
Riwayat infeksi akut atau kronik
§
Terapi yang sedang dijalani
§
Stressor emosional : ekspresi verbal dan non
verbal, gaya hidup.
§
Proses penyakit yang terlihat pada klien dan
keluhan fisik.
§
Status nutrisi.
§
Tingkat kesadaran, kelemahan fisik, imobilisasi,
penggunaan alat bantu.
Pemeriksaan
fisik :
§
Infeksi local, terbatas pada kulit dan membrane
mukosa. Tanda – tandanya meliputi bengkak, kemerahan, nyeri, panas dan gangguan
fungsi gerak.
§
Infeksi sistemik, tanda – tandanya meliputi
demam, peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan, malaise, anoreksia, mual,
muntah, sakit kepala, pembesaran kelenjar di area infeksi.
§
Sistem Neurologis : Status mental, Tingkat
kesadaran, Fungsi sensori, Sistem reflek, Sistem koordinasi, Test pendengaran,
penglihatan dan pembauan, Sensivitas terhadap lingkungan
§
Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi : Toleransi
terhadap aktivitas, Nyeri dada, Kesulitan bernafas saat aktivitas, Frekuensi
nafas, tekanan darah dan denyut nadi
§
Integritas kulit : Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien, Kaji
adanya luka, scar, dan lesi, Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
§
Mobilitas : Inspeksi dan palpasi terhadap otot,
persendian, dan tulang klien, Kaji range of motion klien, Kaji kekuatan otot
klien, kaji tingkat ADLs klien
Pemeriksaan
penunjang :
Berupa
data laboratorium yang menunjukkan adanya infeksi meliputi peningkatan angka
leukosit, penignkatan laju enap darah, dan kultur urin, darah serta secret
menunjukkan adanya mikroorganisme pathogen.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.
Resiko infeksi
2.
Resiko cedera
3.
Kurang pengetahuan
III.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.
Resiko infeksi
NOC :
Kontrol resiko
Kriteria hasil
:
§
Klien bebas dari tanda – tanda infeksi
§
Klien mampu menjelakan tanda dan gejala infeksi
§
Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi.
NIC :
Kontrol infeksi
§
Menjaga kebersihan lingkungan.
§
Mencuci tangan sebelum dan sesudah memberi
perawatan dan pengobatan.
§
Menggunakan sarung tangan saat melakukan
perawatan.
§
Membatasi pengunjung bila perlu.
§
Mendorong keluarga untuk mencuci tangan saat
masuk dan meninggalkan ruangan.
§
Mendorong klien untuk meningkatkan intake
nutrisi, cairan dan istirahat.
§
Menekankan memperbanyak intake protein untuk
pembentukan system imun.
§
Mengajarkan kepada klien dan keluarga tentang
cara mencegah infeksi dan tanda gejala infeksi.
§
Mengkaji suhu klien, dan melaporkan jika suhu
lebih dari 38° C.
§
Memonitor nilai laboratorium.
§
Mengkaji warna kulit, tekstur dan turgor.
2.
Resiko cedera
NOC :
Perilaku
keamanan : personal
Kriteria hasil
:
§
Tercapainya keseimbangan tidur dengan istirahat
dan aktifitas.
§
Digunakannya alat bantu yang tepat.
§
Digunakannya alat pelindung diri yang tepat.
§
Tindakan yang berresiko tinggi dapat dicegah
Perilaku keamanan
: mencegah jatuh
Kriteria hasil
:
§
Digunakannya alat bantu yang tepat.
§
Agitasi dan penurunan istirahat dapat
terkontrol.
NIC :
Pencegahan
jatuh
§
Mengidentifikasi penurunan kognitif dan fisik
klien yang dapat meningkatkan potensial untuk jatuh.
§
Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang
dapat meningkatkan potensial untuk jatuh.
§
Membantu klien untuk ambulasi.
§
Mengunci roda tempat tidur.
§
Memasang side rail.
§
Mengkaji TTV dan kepatenan jalan napas.
3.
Kurang pengetahuan
NOC :
Pengetahuan :
keamanan personal
Kriteria hasil
:
§
Klien mampu menjelaskan cara mencegah jatuh.
§
Klien mampu mendeskripsikan cara mengurangi
resiko cedera.
§
Klien mampu menjelaskan prosedur emergensi.
§
Klien mampu mendeskripsikan perilaku yang
berresiko tinggi menimbulkan cedera.
NIC :
Teaching
individual
§
Menentukan kebutuhan pengajaran pada klien.
§
Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
tentang perlindungan diri.
§
Mengkaji kemampuan kognitif, psikomotor, dan
afektif klien dan keluarga.
§
Menentukaan kemampuan klien dan keluarga untuk
mendapatkan informasi baru.
§
Menentukan motivasi klien dan keluarga untuk
mendapatkan informasi.
§
Mengidentifikasi tujuan belajar yang dibutuhkan.
§
Memberikan reinforcement positif kepada klien
dan keluarga.
§
Memperbaiki atau meluruskan informasi klien dan
keluarga yang salah.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2009. Asuhan keperawatan klien dengan masalah
keamanan dan keselamatan. Diakses 22 Juni 2009 dari www.911medical.org
Anonym.2009. Analisa dokumentasi keperawatan pada
asuhan keperawatan kebutuhan keamanan dan keselamatan. Diakses 22 Juni 2009
dari www.indonesiannursing.com
Johnson,M., Maas,M., Moorhead,S. 2000. Nursing
outcome classification 2nd
edition. USA : Mosby.
McCloskey,J.C., Bulechek,G.M. 1995. Nursing
intervention classification 2nd edition.USA : Mosby
Patmawati,I. 2009. Kebutuhan keamanan fisik (biologic
safety) pada klien di tempat pelayanan kesehatan, rumah, dan komunitas dengan
pendekatan proses keperawatan. Diakses 22 Juni 2009 dari www.inna-ppni.or.id
No comments:
Post a Comment