Sunday 28 April 2013

asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN

   I.      KONSEP KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN
A.    PENGERTIAN
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan. Keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.
Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, thermis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik, yang pada pembahasan ini akan difokuskan pada providing for safety atau memberikan lingkungan yang aman.
Sedangkan keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian.
Karakteristik keamanan dan keselamatan :
1.      Pervasiveness (insidensi)
Keamanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua hal. Artinya klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
2.      Perception (persepsi)
Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi aplikasi keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya secara akurat.
3.      Management (pengaturan)
Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan. 
Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan dan keselamatan :
1.      Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
2.      Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
3.      Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4.      Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5.      Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6.      Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
7.      Kemampuan komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8.      Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
9.      Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
10.  Informasi / komunikasi
Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
11.  Penggunaan antibiotic yang tidak rasional
      Antibiotic dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik.
12.  Keadaan imunitas
Gangguan imunitas akan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
13.  Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.
14.  Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi berresiko terhadap penyakit tertentu.
15.  Tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
Penatalaksanaan untuk pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan :
1.      Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia
Memastikan keamanan klien pada semua usia berfokus pada: obsevasi atau prediksi situasi yang mungkin membahayakan sehingga dapat dihindari dan memberikan pendidikan kesehatan yang memberikan kekuatan bagi klien untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari cedera secara mandiri.
2.      Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan perawat adalah memastikan bahwa ketiga elemen tersebut dapat dihilangkan. Jika kebakaran sudah terjadi ada dua tujuan yang harus dicapai yaitu: melindungi klien dari cedera dan membatasi serta memadakan api.
3.      Mencegah terjadinya jatuh pada klien
§  Orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem komunikasi yang ada
§  Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
§  Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
§  Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
§  Berikan alas kaki yang tidak licin
§  Berikan pencahayaan yang adekuat
§  Pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas
§  Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin
4.      Melakukan tindakan pengamanan pada klien kejang:
§  Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal (mencegah nyeri saat terbentur)
§  Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran udara
§  Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)
§  Kolaborasi pemberian obat antikonvulsi.
§  Berikan masker oksigen jika diperlukan.
5.      Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat bila terjadi keracunan melalui identifikasi adanya zat-zat beracun dirumah yang terkonsumsi, segera laporkan ke institusi kesehatan terdekat serta menyebutkan nama dan gejala yang dialami klien, jaga klien pada posisi tenang ke satu sisi atau dengan kepala ditempatkan diantara kedua kaki untuk mencegah aspirasi.
6.      Memberikan pertolongan bagi klien yang terkena sengatan listrik
Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup besar) jangan sentuh klien tersebut sampai pusat listrik dimatikan dan klien aman dari arus listrik. Macroshock sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka bakar, kontraksi otot, dan henti nafas serta henti jantung. Untuk mencegah macroshock gunakan mesin/alat listrik yang berfungsi dengan baik, pakai sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas lantai nonkonduktif, dan gunakan sarung tangan non konduktif.
7.      Melakukan penanganan bagi klien yang terpapar kebisingan
Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek psikososial seperti rasa jengkel, tidur dan istirahat terganggu, serta gangguan konsentrasi dan pola komunikasi. Efek fisiologis meliputi peningkatan nadi dan respirasi, peningkatan aktifitas otot, mual, dan kehilangan pendengaran jika intensitas suara tepat. Kebisingan dapat diminimalisir dengan memasang genting, dinding, dan lantai yang kedap suara; memasang gorden; memasang karpet; atau memutar background music.
8.      Melakukan Heimlich maneuver pada klien yang mengalami tersedak.
9.      Melakukan perlindungan terhadap radiasi
Tingkat bahaya radiasi tergantung dari: lamanya, kedekatan dengan sumber radioaktif, dan pelindung yang digunakan selama terpapar radiasi. Upaya yang harus dilakukan oleh perawat dalam hal ini adalah memakai baju khusus, memakai sarung tangan, mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan, dan membuang semua benda yang terkontaminasi.
10.  Melakukan pemasangan restrain pada klien
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi gerakan/aktifitas fisik klien atau bagian tubuh klien. Restrain diklasifikasikan menjadi fisikal(physical) dan kemikal(chemical) restrain. Fisikal restrain adalah restrain dengan metode manual atau alat bantu mekanik, atau lat-alat yang dipasang pada tubuh klien sehingga klien tidak dapat bergerak dengan mudah dan terbatas gerakannya. Kemikal restrain adalah restrain dalam bentuk zat kimia neuroleptics, anxioulytics, sedatif, dan psikotropika yang digunakan untuk mengontrol tingkahlaku sosial yang merusak.
Restrain sebaiknya dihindari sebab berbagai komplikasi sering dikeluhkan akibat pemasangan restrain. Komplikasi fisik diantaranya luka tekan, retensi urin, inkontinensia, dan sulit BAB, bahkan kematian pun dilaporkan. Komplikasi psikologisnya adalah penurunan harga diri, bingung, pelupa, depresi, takut, dan marah. Restrain hendaknya digunakan sebagai alternatif terakhir. Bila dilakukan maka haruslah (a) dibawah pengawasan dokter dengan perintah tertulis, apa penyebabnya, dan untuk berapa lama (b) klien setuju dengan tindakan tersebut.

B.     HAL – HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN
Riwayat keperawatan :
§  Riwayat cedera atau jatuh
§  Riwayat imunisasi
§  Riwayat infeksi akut atau kronik
§  Terapi yang sedang dijalani
§  Stressor emosional : ekspresi verbal dan non verbal, gaya hidup.
§  Proses penyakit yang terlihat pada klien dan keluhan fisik.
§  Status nutrisi.
§  Tingkat kesadaran, kelemahan fisik, imobilisasi, penggunaan alat bantu.
Pemeriksaan fisik :
§  Infeksi local, terbatas pada kulit dan membrane mukosa. Tanda – tandanya meliputi bengkak, kemerahan, nyeri, panas dan gangguan fungsi gerak.
§  Infeksi sistemik, tanda – tandanya meliputi demam, peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan, malaise, anoreksia, mual, muntah, sakit kepala, pembesaran kelenjar di area infeksi.
§  Sistem Neurologis : Status mental, Tingkat kesadaran, Fungsi sensori, Sistem reflek, Sistem koordinasi, Test pendengaran, penglihatan dan pembauan, Sensivitas terhadap lingkungan
§  Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi : Toleransi terhadap aktivitas, Nyeri dada, Kesulitan bernafas saat aktivitas, Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
§  Integritas kulit :  Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien, Kaji adanya luka, scar, dan lesi, Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
§  Mobilitas : Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien, Kaji range of motion klien, Kaji kekuatan otot klien, kaji tingkat ADLs klien
Pemeriksaan penunjang :
Berupa data laboratorium yang menunjukkan adanya infeksi meliputi peningkatan angka leukosit, penignkatan laju enap darah, dan kultur urin, darah serta secret menunjukkan adanya mikroorganisme pathogen.

II.      DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.      Resiko infeksi
2.      Resiko cedera
3.      Kurang pengetahuan

  III.      PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.      Resiko infeksi
NOC : 
Kontrol resiko
Kriteria hasil :
§  Klien bebas dari tanda – tanda infeksi
§  Klien mampu menjelakan tanda dan gejala infeksi
§  Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
NIC :
Kontrol infeksi
§  Menjaga kebersihan lingkungan.
§  Mencuci tangan sebelum dan sesudah memberi perawatan dan pengobatan.
§  Menggunakan sarung tangan saat melakukan perawatan.
§  Membatasi pengunjung bila perlu.
§  Mendorong keluarga untuk mencuci tangan saat masuk dan meninggalkan ruangan.
§  Mendorong klien untuk meningkatkan intake nutrisi, cairan dan istirahat.
§  Menekankan memperbanyak intake protein untuk pembentukan system imun.
§  Mengajarkan kepada klien dan keluarga tentang cara mencegah infeksi dan tanda gejala infeksi.
§  Mengkaji suhu klien, dan melaporkan jika suhu lebih dari 38° C.
§  Memonitor nilai laboratorium.
§  Mengkaji warna kulit, tekstur dan turgor.
2.      Resiko cedera
NOC :
Perilaku keamanan : personal
Kriteria hasil :
§  Tercapainya keseimbangan tidur dengan istirahat dan aktifitas.
§  Digunakannya alat bantu yang tepat.
§  Digunakannya alat pelindung diri yang tepat.
§  Tindakan yang berresiko tinggi dapat dicegah
Perilaku keamanan : mencegah jatuh
Kriteria hasil :
§  Digunakannya alat bantu yang tepat.
§  Agitasi dan penurunan istirahat dapat terkontrol.
NIC :
Pencegahan jatuh
§  Mengidentifikasi penurunan kognitif dan fisik klien yang dapat meningkatkan potensial untuk jatuh.
§  Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensial untuk jatuh.
§  Membantu klien untuk ambulasi.
§  Mengunci roda tempat tidur.
§  Memasang side rail.
§  Mengkaji TTV dan kepatenan jalan napas.
3.      Kurang pengetahuan
NOC :
Pengetahuan : keamanan personal
Kriteria hasil :
§  Klien mampu menjelaskan cara mencegah jatuh.
§  Klien mampu mendeskripsikan cara mengurangi resiko cedera.
§  Klien mampu menjelaskan prosedur emergensi.
§  Klien mampu mendeskripsikan perilaku yang berresiko tinggi menimbulkan cedera.
NIC :
Teaching individual
§  Menentukan kebutuhan pengajaran pada klien.
§  Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang perlindungan diri.
§  Mengkaji kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif klien dan keluarga.
§  Menentukaan kemampuan klien dan keluarga untuk mendapatkan informasi baru.
§  Menentukan motivasi klien dan keluarga untuk mendapatkan informasi.
§  Mengidentifikasi tujuan belajar yang dibutuhkan.
§  Memberikan reinforcement positif kepada klien dan keluarga.
§  Memperbaiki atau meluruskan informasi klien dan keluarga yang salah.

   IV.      DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2009. Asuhan keperawatan klien dengan masalah keamanan dan keselamatan. Diakses 22 Juni 2009 dari www.911medical.org
Anonym.2009. Analisa dokumentasi keperawatan pada asuhan keperawatan kebutuhan keamanan dan keselamatan. Diakses 22 Juni 2009 dari www.indonesiannursing.com
Johnson,M., Maas,M., Moorhead,S. 2000. Nursing outcome classification 2nd  edition. USA : Mosby.
McCloskey,J.C., Bulechek,G.M. 1995. Nursing intervention classification 2nd edition.USA : Mosby
Patmawati,I. 2009. Kebutuhan keamanan fisik (biologic safety) pada klien di tempat pelayanan kesehatan, rumah, dan komunitas dengan pendekatan proses keperawatan. Diakses 22 Juni 2009 dari www.inna-ppni.or.id


No comments:

Post a Comment